DINAMIKA PILKADA TANJUNG BALAI




DINAMIKA PILKADA TANJUNG BALAI  
Oleh :
ILHAM FAUZI, SH.
Dewan Pertimbangan Imta-Jogja
Ketua Umum Peduli Ayfami 
 

 Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungbalai menetapkan empat pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Tanjungbalai. Penetapan keempat pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota tersebut dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungbalai Nomor: 32/Kpts/KPU-002.434894/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tanjungbalai 2015 tertanggal 24 Agustus 2015.
Adapun empat pasangan tersebut dengan nomor urut satu dr Milvan Hadi MKed SpOG dan Tengku Dirkhansyah Abu Subhan Ali SE AK yang diusung oleh Demokrat dan PKB. Dengan nomor urut dua pasangan Rolel Harahap dan H Romay Noor SE yang diusung oleh Nasdem, Gerindra dan Hanura. Setelah itu dengan nomor urut tiga yakni Drs H Hamlet Sinambela MPd yang berpasangan dengan Surya Dharma AR SH. diusung oleh PDI Perjuangan dan PPP. Kemudian dengan nomor urut empat  pasangan M Syahrial SH MH dan Drs H Ismail dari perseorangan dengan 17.922 surat dukungan.
Dari empat calon pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota mulai memaknai nomor urut yang telah mereka peroleh, sesuai dengan makna yang menguntungkan. Dan mengkampanyekan seolah-seolah nomor urut menjanjikan akan datangnya suatu kemenangan untuk meraih posisi menjadi orang nomor satu di Kota Tanjung Balai. Tidak hanya berhenti sampai disitu berbagai macam bentuk obyek kampanye yang mereka lakukan mulai dari media sosial, surat kabar dan turun langsung kelapangan. Ada yang berkunjung ke daerah tepian sungai yang mayoritas masyarakat kurang mampu, datang ke pasar-pasar tradisonal dan menayakan harga bahan pokok, dan tidak kalah mernariknya para pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota datang ke daerah-daerah dengan membagikan berbagai macam kebutuhan bahan pokok.
Korelasi secara teoritis dan munculnya empat pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota tanjung balai tidak terlepas dari  Teori Genetis, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul karena dilahirkan oleh kelompok tertentu, dan sejak lahir sudah membawa talenta sebagai seorang pemimpin (Leader is born not made). Teori Sosial, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul karena disiapkan oleh masyarakat. (Leader is made not born). Dan terakhir Teori Eklektik, yang berpandangan bahwa seorang pemimpin muncul karena sudah memiliki bakat-bakat kepemimpinan yang dibawanya sejak lahir dan kemudian berkembang karena secara sosiologis diberi kesempatan oleh masyarakatnya. Teori eklektik sebenarnya perpaduan antara teori genetis dengan teori sosial sehingga, melahirkan pemimpin yang mempunyai Kapabilitas, Akseptabilitas, Kompatibilitas.
Dari tiga teori ditas dalam konsep kepempimpinan ada dua aspek yang saling berkaitan yakni calon Wali kota dan Wakil Wali Kota Tanjung balai yang ingin berkompetisi dalam Pilkada  tidak hanya mendapat dukungan dari partai politik, melainkan ada faktor yang terpenting yaitu dukungan masyarakat Vox Populi Vox Dei(Suara Rakyat adalah Suara Tuhan).Yang merupakan istilah klasik dalam dunia politik praktis hingga sampai saat ini kerap menjadi acuan dalam menentukan pilihan. Rakyat yang memilih ataupun para kandidat politik yang menjadi pilihan rakyat untuk mengemban amanah dan aspirasi di lembaga perpolitikan. Apakah di eksekutif mapun di legislatif. Para kandidat terpilih telah menjadi pengelola suara “Tuhan”.
Secara Das Sollen  (suatu keharusan yang di fikirkan) Sebagai masyarakat yang mengiginkan akan suatu perubahan, sudah sejauh mana kita memahi track record empat kandidat Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang telah di tetapkan oleh KPU Kota Tanjung Balai. Bukan malah sebaliknya, secara Das Sein(fakta yang terjadi dilapangan) mejelang perayaan demokrasi, pilihan rakyat dalam pemilu masih dipengaruhi oleh (1) sikap identifikasi diri (merasa berhubungan dengan tertentu seperti simbol agama, simbol daerah, simbol organisasi); (2) sikap melankolis (pilih calon yang ditindas), dan (3) sikap hedonisme (asal ada uang saya pilih. Tidak jelas mau pilih siapa. Yang penting dapat uangnya dulu). Hal ini berimbas kepada muculnya calon Walikota dan Wakil Wali Kota yang tidak mempunyai program kerja atau visi misi ketika suatu saat diberikan mandat oleh masyarakat untuk menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota tanjung balai periode 2015-2019. Terlihat dari spanduk para kandidat yang hanya semata mata menyakinkan rakyat untuk di pilih tanpa harus menyakin masyarakat dengan visi misi untuk lima tahun yang akan mendatang.
Padahal para calon Walikota dan Wakil Wali kota tanjung balai yang terpelih nantinya sebagai penyelenggara pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pembedarayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kosideran UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah). Dengan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat kota tanjung balai yang bersih dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).
Berkenaan dengan hal tersebut, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik di Kota tanjug balai diantaranya adalah : 1, Revitalisasi, restrukturisasi, dan deregulasi di bidang pelayanan publik.2, Peningkatan prefesionalisme pejabat pelayanan publik. 3,Korporatisasi unit pelayanan publik. 4, Pengembangan dan pemanfaatan Electronic Government (E-Goverment bagi instansi pelayanan publik. 5, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik. 6, Pemberian penghargaan dan saksi kepada unit pelayanan masyakarat. Dalam hal pemberdayaan masyarakat di kota tanjung balai di bidang peningkatan mutu pendidikan dan orientasi pemikiran masyarakat kota tanjung balai perlu di reformasi. Sehinggga kedepannya para anak didik tidak lagi merasa puas setelah menyelesaikan pendidikan di Tingkat Sekolah Mengah Atas atau Aliyah sehingga terwujudnya kompetisi dengan daerah lain dalam hal peningkatan sumber daya manusia daerah.
Walaupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) baru akan berlangsung pada tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Setidaknya hal yang perlu dipersiapkan oleh masyarakat agar tidak salah memilih, yakni. Kenalilah parpol yang sistem kaderisasi calonnya dipersiapkan dengan baik tidak didasarkan atas pertimbangan kedekatan dan kekerabatan, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang rekam jejak calon yang ada dan cari calon yang paling sedikit mengeluarkan biaya pencalonan dan kampanye serta tidak melakukan money politic. Sehingga mendatangkan kehidupan bermasyarakat di daerah kota tanjung balai sejahtera dengan adanya pemimpin daerah yang baik. Pemimpin daerah yang adil bijaksana. Pemimpin daerah yang siap melayani bukan dilayani.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama